Liputan6.com, Padang: Tim Ekspedisi Bukit Barisan (Tim EBB) menemukan spesies burung Ciung-Mungkal Sumatera atau yang bernama ilmiah Cochoa Beccani Salvadori 1879 di kawasan hutan Gunung Singgalang, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Demikian diungkapkan oleh Sub Korwil Sumbar Tim EBB, Mayor TNI Infanteri Benny Rahadian Chaniago, di Padang, Ahad (10/4).
"Spesies burung langka yang ditemukan pada kawasan hutan Gunung Singgalang yakni Ciung-Mungkal Sumatera. Burung tersebut mempunyai bentuk unik dan dapat mengeluarkan siulan-siulan khas. Penemuan spesies burung langka itu diperkuat oleh analisis sementara pakar fauna Fakultas MIPA Universitas Andalas Padang, Dr. Wilson," kata Benny.
Suara burung Ciung-Mungkal Sumatera terakhir kali didengar pada 1995 oleh seorang peneliti Jerman bernama Simpson. Saat itu, Simpson hanya mendengar siulan burung tersebut dan melihat sekilas ketika burung itu terbang di Gunung Kerinci. "Sedangkan fisik spesies burung ini secara dekat, Simpson tak pernah melihat hanya mendengar siulan burung saja," jelas Benny lagi.
Selain menemukan burung Ciung-Mungka Sumatera, tim ekspedisi juga menemukan sejumlah flora dan fauna unik di Gunung Singgalang. "Di antara yang ditemukan itu adalah Begonia Hirtellia (tumbuhan herba berukuran kecil yang daunnya dapat dimakan), Begonia Multangula (tumbuhan herbal yang memiliki batang bertubuh halus), Bulbophyillium SP (sejenis anggrek tropis yang langka)," kata Benny.
Menurut Benny, kawasan Gunung Singgalang juga memiliki potensi wisata yang sangat besar, di antaranya air terjun berhadap-hadapan di kawasan Malalak. "Air terjun ini nyaris belum pernah tereksploitasi. Selain itu, Telaga Dewi di puncak Gunung Singgalang juga masih sangat menawan," tambah Benny.
Tim EBB terdiri atas 34 anggota Kopassus, 5 pasukan Raider, 5 pasukan TaiPur Kostrad, 3 anggota Wanadri dan 9 orang akademisi. Tim ini akan melakukan penjelajahan dan penelitian di kawasan Gunung Singgalang hingga Agustus mendatang.
"Spesies burung langka yang ditemukan pada kawasan hutan Gunung Singgalang yakni Ciung-Mungkal Sumatera. Burung tersebut mempunyai bentuk unik dan dapat mengeluarkan siulan-siulan khas. Penemuan spesies burung langka itu diperkuat oleh analisis sementara pakar fauna Fakultas MIPA Universitas Andalas Padang, Dr. Wilson," kata Benny.
Suara burung Ciung-Mungkal Sumatera terakhir kali didengar pada 1995 oleh seorang peneliti Jerman bernama Simpson. Saat itu, Simpson hanya mendengar siulan burung tersebut dan melihat sekilas ketika burung itu terbang di Gunung Kerinci. "Sedangkan fisik spesies burung ini secara dekat, Simpson tak pernah melihat hanya mendengar siulan burung saja," jelas Benny lagi.
Selain menemukan burung Ciung-Mungka Sumatera, tim ekspedisi juga menemukan sejumlah flora dan fauna unik di Gunung Singgalang. "Di antara yang ditemukan itu adalah Begonia Hirtellia (tumbuhan herba berukuran kecil yang daunnya dapat dimakan), Begonia Multangula (tumbuhan herbal yang memiliki batang bertubuh halus), Bulbophyillium SP (sejenis anggrek tropis yang langka)," kata Benny.
Menurut Benny, kawasan Gunung Singgalang juga memiliki potensi wisata yang sangat besar, di antaranya air terjun berhadap-hadapan di kawasan Malalak. "Air terjun ini nyaris belum pernah tereksploitasi. Selain itu, Telaga Dewi di puncak Gunung Singgalang juga masih sangat menawan," tambah Benny.
Tim EBB terdiri atas 34 anggota Kopassus, 5 pasukan Raider, 5 pasukan TaiPur Kostrad, 3 anggota Wanadri dan 9 orang akademisi. Tim ini akan melakukan penjelajahan dan penelitian di kawasan Gunung Singgalang hingga Agustus mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar