" Welcome to my Blogger...^.^ "

Minggu, 17 April 2011

Antisipasi Rumah Sakit Cegah Bayi Tertukar


SEBUAH investigasi oleh The Daily Telegraph tahun lalu mengungkapkan kesalahan fatal sebuah rumah sakit di New South Wales, Sydney, Australia. Selama kurun waktu 2006-2009 telah terjadi 26 kasus bayi tertukar. Kesalahan terjadi karena suster di bangsal bersalin salah memberikan gelang label antara si ibu dan si bayi sehingga berujung pada tertukarnya puluhan bayi.

Mengagetkan hal itu terjadi di negara maju seperti Australia, bukan? Lalu, bagaimana ya dengan sistem pemberian identitas ibu dan bayi baru lahir di Indonesia? Seperti apa antisipasi pihak RS untuk mencegah tertukarnya bayi?

Pemberian identitas ibu dan bayi

Tiap RS biasanya memiliki dua jenis ruang bersalin yakni kamar bersalin biasa dan kamar operasi yang biasa disebut dengan OK (Operatie Kamer). Ibu yang melahirkan secara normal ditempatkan di kamar bersalin sedangkan yang memerlukan penanganan khusus seperti operasi cesar ditempatkan di OK. Berikut proses pemberian identitas pada ibu dan bayi:

- Gelang Identitas

“Pada saat bayi baru lahir langsung diberikan gelang khusus yang tercantum identitas nama ibu dan ayahnya, tanggal berikut jam lahir, serta berat dan panjang badan. Dibedakan pula dengan warna sesuai jenis kelaminnya. Biru untuk laki-laki dan pink untuk bayi perempuan. Gelang ini dibuat sama seperti gelang yang dipakaikan pada ibunya. Jadi begitu bayi baru lahir -baik kelahiran normal atau cesar- kami segera memberikan dua buah gelang, untuk si bayi dan si ibu, dengan data yang sama,” jelas dr Damayani Farastuti, SpA yang biasa disapa Maya dari RSIA Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat.

Hal senada disampaikan Rima Fatmasari, Ssi.Apt, MARS selaku General Manager Brawijaya Women & Children Hospital (BWCH).

“Gelang identitas sudah harus dikenakan pada setiap bayi baru lahir setelah dibersihkan oleh bidan/perawat di ruang bersalin ataupun di ruang operasi. Bayi sudah memakai gelang itu sebelum keluar dari ruang bersalin pun ruang operasi. Jadi begitu bayi dibawa ke ruang perawatan bayi ia sudah dalam keadaan mengenakan gelang,” urainya.

Nah, pada gelang ini ditambahkan pula data nama dokter anak yang menangani si bayi waktu lahir.

Foot Print

Selain pemberian gelang, biasanya rumah sakit juga menerapkan identitas kedua yaitu foot print (cetak kaki) pada sepasang kaki bayi baru lahir.

“Setelah dipasangkan gelang identitas juga ditambahkan foot print sebagai langkah-langkah proteksi. Meski gelangnya pun sudah paten -tidak bisa dicopot begitu saja selain dengan gunting- tetap ditambahkan identitas lain melalui foot print ini,” urai Rima. Kelak foot print tersebut bisa dibawa pulang oleh si ibu sebagai kenang-kenangan.

Untuk bayi laki-laki, kertas foot print berwarna biru sedangkan perempuan merah muda. Pembedaan warna antara bayi laki-laki dan perempuan di BWCH tak hanya sebatas gelang dan foot print saja. Mulai dari box bayi hingga selimutnya pun berwarna sesuai jenis kelaminnya.

Fasilitas rawat gabung

Saat ini pelayanan RS untuk ibu melahirkan sudah menetapkan fasilitas rooming in alias rawat gabung. Selain untuk kelancaran ASI eksklusif, membangun bonding antara ibu dan anak, juga untuk mencegah terjadinya kasus bayi tertukar bahkan penculikan bayi.

“Sejak malam pertama, box bayi saya sudah ditempatkan di sisi tempat tidur saya. Hanya saat akan dimandikan saja Aisyah dibawa oleh suster. Selebihnya ia tetap di dekat saya,” cerita Risna Juwita (30), ibu dari Siti Aisyah Ramdani (7 bulan) yang melahirkan secara cesar di RS Budi Kemuliaan.

“Hanya bayi-bayi dengan penanganan khusus - seperti prematur - yang harus dibawa ke ruangan yang juga khusus. Meski terpisah dengan sang ibu, bayi tersebut sudah dalam kondisi memakai gelang di tangannya sebagai identitas dia,” terang Maya.

Dikatakan Rima, mekanisme rawat gabung di BWCH dilakukan setelah 6 jam si bayi dalam Nursery Room (ruang perawatan). “Jika keadaan si ibu belum stabil, misalnya kelelahan pascamelahirkan atau masih dalam pengaruh obat anastesi (ibu yang melahirkan cesar), maka bayi akan dirawat di nursery yang ditangani oleh para bidan. Kami menyiapkan bidan rata-rata 3 orang di ruangan ini karena kebanyakan bayi-bayi sudah ada di rooming in bersama ibunya. Begitu diperlukan tenaga ekstra untuk bidan di nursery, bidan di kamar bersalin akan langsung kami kerahkan. Kami memiliki sekitar 15 bidan,” jelas Rima.

Menempatkan bayi di Nursery Room ini juga untuk mengantisipasi membludaknya penjenguk. Apalagi kondisi bayi baru lahir sangat rentan terpapar infeksi. Tak ada yang tahu bakteri, virus, atau kuman penyakit apa yang dibawa oleh pengunjung. Jadi, untuk meminimalisir risiko terpapar satu penyakit si bayi akan dibawa ke ruang perawatan dengan kaca tembus pandang dan pengunjung cukup melihat dari balik kaca.

Sistem Pengamanan

Selain identitas bayi baru lahir, tak kalah pentingnya adalah sistem pengamanan pasien. “Kami tempatkan petugas security di setiap lantai. Petugas yang ditempatkan di lantai perawatan pasien akan menanyakan tujuan setiap tamu yang datang kemudian memberitahukan ke perawat. Perawat tersebut akan mendampingi tamu hingga ke kamar pasien yang ingin ditengok. Kami juga memasang kamera CCTV yang menyorot tepat di depan nursery room. Ini sebagai proteksi untuk mencegah misalnya ada oknum yang iseng ingin menukar bayi,” tutup Rima.

Tentu saja, semua cara antisipasi di atas harus didukung oleh sumber daya manusia yang cakap, teliti, dan bertanggung jawab. Kalau tidak, semua akan sia-sia. (Sumber: Moms & Kiddie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar