" Welcome to my Blogger...^.^ "

Jumat, 18 Maret 2011

fenomena supermoon

Fenomena Supermoon Sebentar Lagi, Apakah Itu?

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Pekan depan Bumi berada pada titik terdekat dengan bulan sejak 1992. Fenomena itu menjadi kesempatan para  astronom amatir untuk mengambil foto.

Peristiwa 19 Maret yang dikenal sebagai "titik lintasan bulan", adalah saat di mana bulan melintas hanya 221.567 mil dari planet Bumi.

Masalahnya, internet kini penuh dengan teori-konspirasi ilmuwan amatir yang memperingatkan bahwa supermoon bisa mengganggu pola iklim bumi. Bahkan mungkin menyebabkan gempa bumi dan aktivitas vulkanik.

Supermoon sebelumnya terjadi tahun 1955, 1974, 1992 dan 2005. Pada semua tahun itu terjadi peristiwa cuaca ekstrim.

Tsunami yang membunuh ratusan ribu orang di Indonesia terjadi dua minggu sebelum supermoon pada Januari 2005. Kemudian, pada Natal 1974, topan Tracy menghancurkan Darwin, Australia.

Tetapi, Pete Wheeler dari International Centre for Radio Astronomy menganjurkan agar skeptis terhadap hal-hal itu. "Tidak akan ada gempa bumi dan gunung meletus, kecuali memang hal itu sudah saatnya terjadi," kata Wheeler kepada news.com.au.

"Bumi akan mengalami  surut yang  lebih rendah dan pasang yang lebih tinggi, tak ada yang aneh selain itu."

Astronom Australia David Reneke sependapat bahwa teori konspirasi akan selalu dapat menemukan kaitan antara bencana alam dengan waktu tertentu dan menuding "supermoon".

Dia mengatakan kepada situs itu:"Jika anda  cukup rajin makan anda  mengaitkan kronologi hampir semua bencana alam atau kejadian apa pun di langit malam - komet, planet, matahari.
Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

foto
TEMPO Interaktif, Bandung - Jika cuaca tak mendung, pada 19-20 Maret nanti kita berkesempatan menikmati kawah bulan dengan lebih jelas saat fenomena Supermoon terjadi. Saat itu, bulan tak hanya tampak lebih besar, tapi juga lebih cemerlang dari purnama biasanya. Planet Saturnus di dekatnya pun bisa sekaligus diamati. 

Pendiri komunitas pecinta astronomi Langit Selatan Avivah Yamani mengatakan, purnama saat Supermoon akan tampak lebih besar 14 persen dibanding ketika purnama dengan posisi bulan pada jarak terjauhnya dari bumi. “Cahayanya pun lebih terang 30 persen dari (purnama) biasanya,” katanya, Jumat (18/3).

Fenomena Supermoon bakal menjadikan cahaya bulan lebih terang menyinari malam di bumi. Selain itu, penduduk bumi bisa menikmati kawah bulan dengan lebih jelas saat peristiwa langka 18 tahun sekali itu terjadi. "Waktunya menikmati kawah bulan dan mengamati sekalian Planet Saturnus di dekatnya," ujarnya. 

Untuk menikmati keindahan dua benda langit yang akan lebih terang dari biasanya itu, kata Avivah, bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun akan lebih jelas jika memakai teleskop. Tempat pengamatan bisa dilakukan di atas rumah atau di dataran tinggi seperti perbukitan atau pegunungan yang gelap, atau masih sedikit polusi cahaya.

Terkait isu bencana besar yang mengiringi kemunculan Supermoon, Avivah membantahnya karena selama ini tidak terbukti. Pastinya, Supermoon akan mengakibatkan pasang di laut karena gaya tarik bulan. Berdasarkan perhitungan NASA, ujarnya, kenaikan air laut di bumi saat Supermoon sekitar 15 sentimeter.

Supermoon adalah peristiwa purnama saat bulan dalam posisi jarak terdekatnya dengan bumi (perigee) sejauh 356.577 kilometer. Jarak terjauh bulan dengan bumi (apogee) terentang 364 ribu kilometer pada Desember mendatang. Peristiwa Supermoon akan berlangsung Sabtu, 19 Maret pukul 19.10 GMT atau di Indonesia pada Ahad, 20 Maret pukul 02.10 WIB.
ANWAR SISWADI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar