Kebudayaan
Manado
Teluk Manado
Kota Manado diperkirakan telah didiami sejak abad
ke-16. Menurut sejarah, pada abad itu jugalah Kota Manado telah dikenal dan
didatangi oleh orang-orang dari luar negeri. Nama “Manado” mulai digunakan pada
tahun 1623 menggantikan nama “Pogidon” atau “Wenang”. Kata Manado sendiri
berasal dari bahasa daerah Minahasa yaitu Mana rou atau Mana dou yang dalam
bahasa Indonesia berarti “di jauh”. Pada tahun itu juga, tanah Minahasa-Manado
mulai dikenal dan populer di antara orang-orang Eropa dengan hasil buminya. Hal
tersebut tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah.
Tahun 1658, VOC membuat sebuah benteng di Manado.
Sejarah juga mencatat bahwa salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, Pangeran
Diponegoro pernah diasingkan ke Manado oleh pemerintah Belanda pada tahun 1830.
Biologiwan Inggris Alfred Wallace juga pernah berkunjung ke Manado pada 1859
dan memuji keindahan kota ini.
Keberadaan kota Manado dimulai dari adanya besluit
Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 1 Juli 1919. Dengan besluit itu,
Gewest Manado ditetapkan sebagai Staatsgemeente yang kemudian dilengkapi dengan
alat-alatnya antara lain Dewan gemeente atau Gemeente Raad yang dikepalai oleh
seorang Walikota (Burgemeester). Pada tahun 1951, Gemeente Manado menjadi Daerah
Bagian Kota Manado dari Minahasa sesuai Surat Keputusan Gubernur Sulawesi
tanggal 3 Mei 1951 Nomor 223. Tanggal 17 April 1951, terbentuklah Dewan
Perwakilan Periode 1951-1953 berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Nomor 14.
Pada 1953 Daerah Bagian Kota Manado berubah statusnya menjadi Daerah Kota
Manado sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 juncto Peraturan Pemerintah
Nomor 15/1954. Tahun 1957, Manado menjadi Kotapraja sesuai Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1957. Tahun 1959, Kotapraja Manado ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II
sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959. Tahun 1965, Kotapraja Manado berubah
status menjadi Kotamadya Manado, yang dipimpin oleh Walikotamadya Manado KDH
Tingkat II Manado sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 yang disempurnakan
dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.
Hari jadi Kota Manado yang ditetapkan pada tanggal
14 Juli 1623, merupakan momentum yang mengemas tiga peristiwa bersejarah
sekaligus yaitu tanggal 14 yang diambil dari peristiwa heroik yaitu peristiwa
Merah Putih 14 Februari 1946, dimana putra daerah ini bangkit dan menentang
penjajahan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kemudian bulan
Juli yang diambil dari unsur yuridis yaitu bulan Juli 1919, yaitu munculnya
Besluit Gubernur Jenderal tentang penetapan Gewest Manado sebagai Staatgemeente
dikeluarkan, dan tahun 1623 yang diambil dari unsur historis yaitu tahun dimana
Kota
Manado dikenal dan digunakan dalam surat-surat
resmi. Berdasarkan ketiga peristiwa penting tersebut, maka tanggal 14 Juli 1989,
Kota Manado merayakan HUT-nya yang ke-367. Dan sejak saat itu hingga sekarang
tanggal tersebut terus dirayakan oleh masyarakat dan pemerintah Kota Manado
sebagai hari jadi Kota Manado.
Kota ini juga pernah mengalami kerusakan berat
karena peperangan yaitu ketika pada masa Perang Dunia II, dan ketika dibom
kembali oleh TNI Angkatan Udara pada 1958 dalam upaya mengalahkan Permesta,
sebuah gerakan pemberontakan yang menghendaki pemisahan dari Republik
Indonesia.
Kebudayaan Lama Dan Asli Masyarakat
Kota Manado
Kebudayaan lama
dan asli yang dibanggakan oleh masyarakat Kota Manado, yaitu :
Mapalus
Mapalus adalah
bentuk gotong royong tradisional warisan nenek moyang orang Minahasa di Kota
Manado yang merupakan suatu sistem prosedur, metode atau tehnik kerja sama
untuk kepentingan bersama oleh masing-masing anggota secara bergiliran. Mapalus
muncul atas dasar kesadaran akan adanya kebersamaan, keterbatasan akan
kemampuannya baik cara berpikir, berkarya, dan lain sebagainya.
Rumah Panggung
Rumah panggung
atau wale merupakan tempat kediaman para anggota rumah tangga orang Minahasa di
Kota Manado, dimana didalamnya digunakan sebagai tempat melakukan berbagai
aktivitas. Rumah panggung jaman dahulu dimaksudkan untuk menghindari serangan
musuh secara mendadak atau serangan binatang buas. Sekalipun keadaan sekarang
tidak sama lagi dengan keadaan dahulu, tapi masih banyak penduduk yang
membangun rumah panggung berdasarkan konstruksi rumah modern.
Pengucapan Syukur
Pada masa lalu
pengucapan syukur diadakan untuk menyampaikan doa atau mantra yang memuji
kebesaran dan kekuasaan para dewa atas berkat yang diberikan sambil menari dan
menyanyikan lagu pujian dengan syair yang mengagungkan. Saat ini pengucapan
syukur di Kota Manado dilaksanakan dalam bentuk ibadah di gereja. Pada hari H
tersebut setiap rumah tangga menyiapkan makanan dan kue untuk dimakan oleh
anggota rumah tangga, juga dipersiapkan bagi para tamu yang datang berkunjung.
Tari Kabasaran
Tari kabasaran
sering juga disebut tari cakalele, adalah salah satu seni tari tradisional
orang Minahasa yang banyak dimainkan oleh masyarakat Kota Manado, yang biasanya
ditampilkan pada acara-acara tertentu seperti menyambut tamu dan pagelaran seni
budaya. Tari ini
menirukan
perilaku dari para leluhur dan merupakan seni tari perang melawan musuh.
Tari Maengket
Tari maengket
adalah salah satu seni tarian rakyat orang Minahasa di Kota Manado yang
merupakan tari tontonan rakyat. Tarian ini disertai dengan nyanyian dan
diiringi gendang atau tambur yang biasanya dilakukan sesudah panen padi sebagai
ucapan syukur kepada Sang Pencipta. Saat ini tari maengkat telah berkembang
dalam masyarakat membentuk tumpukan-tumpukan dengan kreasi baru.
Musik Kolintang
Musik kolintang
pada awalnya dibuat dari bahan yang disebut wunut dari jenis kayu yang disebut
belar. Pada perkembangan selanjutnya, kolintang mulai menggunakan bahan kayu
telor dan cempaka. Orkes kolintang sebagai produk seni musik tradisional bukan
saja sebagai sarana hiburan, akan tetapi juga sebagai media penerapan pendidikan
musik yang dimulai dari anak-anak sekolah di Kota Manado.
Musik Tiup Bambu
Musik
tradisional ini berasal dari kepulauan Sangihe Talaud yang diciptakan oleh
seorang petani pada tahun 1700. Pada awalnya musik bambu hanya merupakan alat
penghibur bagi masyarakat petani setelah seharian melakukan aktivitas sebagai
petani yang biasanya dibunyikan setelah selesai makan malam. Dewasa ini di Kota
Manado, musik bambu telah menjadi salah satu jenis musik yang sering digunakan
pada acara-acara tertentu agar menjadi lebih semarak dan bergengsi.
Musik Bia
Bia adalah
sejenis kerang atau keong yang hidup dilaut. Sekitar tahun 1941 seorang
penduduk Desa Batu Minahasa Utara menjadikan kerang/keong sebagai satu tumpukan
musik. Musik bia akhirnya telah menjadi salah satu seni musik tradisional yang
turut memberikan nilai tambah bagi masyarakat Kota Manado. Dengan hadirnya
musik ini pada pagelaran kesenian dan acara tertentu, telah menimbulkan daya
tarik tersendiri bagi wisatawan baik mancanegara maupun nusantara.
Manado yang secara geografis
berada di tepi pantai, menguntungkan bagi kita wisatawan yang sedang berlibur
ke Manado. Menikmati matahari terbenam sambil menikmati makanan merupakan
pengalaman yang sangat menyenangkan. Hampir semua mall dan tempat hiburan di
Kota Manado viewnya menghadap ke Laut Celebes. Memang wisata laut sangat
dominan dimanado ini, selain itu manado mempunyai banyak tempat wisata lainnya.
Diantaranya
Taman Laut Bunaken
Bunaken adalah sebuah pulau
di Teluk Manado, yang terletak di utara pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau ini
merupakan bagian dari kota Manado, Pulau Bunaken dapat di tempuh dengan kapal
cepat (speed boat) atau kapal sewaan dengan perjalanan sekitar 30 menit dari
pelabuhan kota Manado. Di sekitar pulau Bunaken terdapat taman laut Bunaken
yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bunaken. Taman laut ini memiliki
biodiversitas kelautan salah satu yang tertinggi di dunia. Selam scuba
menarik banyak pengunjung ke pulau ini. Ada lima pulau yang berada di dalamnya,
yakni Pulau Manado Tua, Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Mantehage. lokasi
penyelaman (diving) hanya terbatas di masing-masing pantai yang mengelilingi
kelima pulau itu.
Taman laut Bunaken memiliki
20 titik penyelaman (dive spot) dengan kedalaman bervariasi hingga 30 meter.
Dari 20 titik selam itu, 12 titik selamdi antaranya berada di sekitar Pulau
Bunaken. Dua belas titik penyelaman inilah yang paling kerap dikunjungi
penyelam dan pecinta keindahan pemandangan bawah laut.
Sebagian besar dari 12 titik penyelaman di Pulau Bunaken berjajar dari bagian tenggara hingga bagian barat laut pulau tersebut. Di wilayah inilah terdapat underwater great walls, yang disebut juga hanging walls, atau dinding-dinding karang raksasa yang berdiri vertikal dan melengkung ke atas. Dinding karang ini juga menjadi sumber makanan bagi ikan-ikan di perairan sekitar Pulau Bunaken.
Pulau Manado Tua
Pulau Manado Tua berada
dalam batasan teluk Manado di Kecamatan Bunaken sekitar 10 mil dari pusat kota
yang dapat ditmpuh selama 60 menit dengan menggunakan kapal motor. Terdapat
taman laut yang cukup indah karena terdiri dari terumbukarang, ikan hias, ikan
konsumi, dan biota laut lainnya. Merupakan tempat wisata air, wisata bahari,
wisata alam, dan wisata agro dengan objek kunjungan wisata, yaitu air/laut dan
pantai, pemandangan dan panorama alam, serta perkenunan rakyat.
Pulau Siladen
Pulau Siladen terletak di
sebelah timur laut pulau Bunaken dan dapat ditempuh selama 45 menit dari
Pelabuhan Manado dengan menggunakan transportasi laut. Kegiatan wisata yang
dapat dilakukan ditempat ini antara lain menikmati taman laut dengan cara
sigtseeing (berkeliling) naik perahu berkaca (katamaran), snorkeling (berenang
memakai alat pernapasan), diving (menyelam), photography underwater (foto bawah
laut), sunbathing (mandi matahari), dan tamasya pantai. Fasilitas yang tersedia
ditempat ini, yaitu perahu berkaca (katamaran), diving center, cottage
(penginapan), dan cafe.
Selain banyaknya tempat
wisata di Manado anda bisa menikmati Wisata Kuliner di Manado, karena daerah
ini dikelilingi laut anda bisa menikmati Ikan Bakar, Cumi Bakar, kepiting,
udang dan berbagai macam masakan Seafood lainnya. Untuk rumah makan seafood ini
anda bisa menjumpai disepanjang jalan Pineleng – Tomohon.
Pasar Tomohon Manado
Pasar ini sangat unik dan anda Jangan terkejut bila berkunjung ke pasar
ini, karena dipasar ini anda akan menemukan dan melihat sesuatu yang anda belum
lihat di pasar-pasar lainnya. Di pasar lainnya biasa anda menemui pedagang-pedagang seperti pedagang
daging sapi,dan ayam. Namun di pasar Tomohon, anda akan banyak menemui
pedagang-pedagang lain seperti pedagang daging tikus,daging ular, anjing, babi,
sampai kelelawar. Sungguh sebuah hal yang unik untuk di kunjungi,
Cungkup berpahat atau
berukir binatang menandakan mayat yang dikubur di dalam waruga itu semasa
hidupnya adalah seorang pemburu. Cungkup bermotif perempuan yang sedang
melahirkan menandakan mayat yang dikubur di dalam waruga tersebut semasa
hidupnya adalah seorang dukun beranak. Sementara, cungkup yang bermotif
beberapa orang sekaligus menandakan yang dikubur di dalam waruga itu adalah
satu keluarga utuh, yang meninggal dan dikubur satu persatu.
Di dalam setiap waruga, si
jenazah dikubur dalam posisi jongkok di atas benda-benda bekal kuburan, yang
dapat berupa parang, gelang, manik-manik, piring, padi, uang benggol, mangkuk,
sendok, kolintang, dan beberapa benda lain. Namun, kini tidak ada lagi
benda-benda bekal kuburan yang dapat dijumpai di dalam waruga, karena
benda-benda itu sudah diamankan di museum.
Tarsius di Cagar Alam
Tangkoko
Primata (jenis monyet)
terkecil di dunia ini namannya Tarsius. Tarsius Spectrum ini,
hanya ada di wilayah Sulawesi, antara lain di Selatan maupun utara. Di
Sulut, Tarsius ini ada di Bitung, yaitu di Cagar Alam
Tangkoko.
Primata terkecil di Dunia
terdapat di Indonesia, primata tersebut adalahTarsius primata dari genus
Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae, satu-satunya famili yang
bertahan dari ordo Tarsiiformes. Meskipun grup ini dahulu kala memiliki
penyebaran yang luas, semua spesies yang hidup sekarang ditemukan di
pulau-pulau di Asia Tenggara khususnya Sulawesi Manado.
Semua jenis tarsius bersifat
nokturnal, namun seperti organisme nokturnal lain beberapa individu mungkin
lebih banyak atau sedikit beraktivitas selama siang hari. Tidak seperti
kebanyakan binatang nokturnal lain, tarsius tidak memiliki daerah pemantul
cahaya (tapetum lucidum) di matanya. Mereka juga memiliki fovea, suatu hal yang
tidak biasa pada binatang nokturnal.
Tarsius merupakan satwa
insektivora, dan menangkap serangga dengan melompat pada serangga itu. Mereka
juga diketahui memangsa vertebrata kecil seperti burung, ular, kadal dan
kelelawar.[6] Saat melompat dari satu pohon ke pohon lain, tarsius bahkan dapat
menangkap burung yang sedang bergerak.
Pagoda Tower Manado
Kuil ini sangat unik karena
banyaknya patung – patung yang terdapat disini, ada berbagai macam patung
biksu, patung naga berukuran besar dan patung kura kura raksasa. Yang paling
menarik disini adalah Pagoda Tower yang berukuran besar. Anda bisa berfoto
dengan leluasa dan jangan sampai melewati tempat wisata ini.
Aneke kerajinan ini selain
untuk kebutuhan masyarakat Sulawesi Utara juga menarik wisatawan. Flora
salah-satu pemilik kios berujar, kerajinan tangan ini dibuat oleh warga Desa
Kinilow dan sekitarnya dan tujuan pemasaran diutamakan untuk warga Minahasa dan
daerah lain di Sulut, karena kebanyakan yang diproduksi adalah alat-alat
kebutuhan rumah-tangga.
makasih nih artikelnya sangat membantu untuk mengerjakan tugas sekolah Saya ! ☺
BalasHapusjangan lupa berkunjung balik ya ke http://suryachandragobel.blogspot.com/